Gereja Mula-Mula Menyikapi Perbedaan dan Konflik Berdasarkan Kisah Para Rasul 15:1-34: Sebuah Refleksi bagi Gereja Toraja Mamasa

The background of this article is the conflict and differences in Toraja Mamasa Church after Bikker-Geleijnse. Acts 15:1-34 tells about how early church resolved conflicts due to differences. This similarity experience prompted authors examine text as reflective material dealing with research method used narrative criticism. question that author poses did respond a for Church? carries out by describing traces Bikker Geleijnse's mission Mamasa, church, interpreting 15:1-34, constructing reflection resolve Church.The finds faced middle-ground perspective. gives freedom context carrying its own ethnic laws rules while at same time emphasizing Christian ethics standard God's holiness. action then spurred have contextual perspective respecting holiness God. AbstrakLatar belakang artikel ini adalah konflik dan perbedaan di Gereja pasca Kisah Para Rasul menceritakan tentang bagaimana gereja mula-mula menyelesaikan akibat perbedaan. Kesamaan pengalaman mendorong penulis untuk mengkaji teks sebagai bahan reflektif menghadapi Metode penelitian yang digunakan kritik naratif. Pertanyaan ajukan menyikapi perbedaan, bagi Mamasa? Penulis melaksanakan dengan mendeskripsikan jejak misi Geleijnse latar dalam mula-mula, menginterpretasi mengonstruksikan sebuah refleksi Mamasa. menemukan bahwa perspektif jalan tengah. memberi kebebasan kepada konteks menyelenggarakan hukum aturan etnisnya masing-masing, sekaligus menekankan etika Kristen standar kekudusan Allah. Tindakan kemudian memacu berwawasan kontekstual, menghormati Kata Kunci: gereja, sidang Yerusalem